PICTURE ZONA 88

Kamis, 21 Oktober 2010

LOVE

 by: yessy natalia christien

To love is to have someone special
on whom you can always depend
to be there through the years.
Sharing lauhter and tears,
as a partner, a lover, a friend.

To love is to share life together,
to build special plans just for two,
to work side by side,
and then smile with pride
as one by one, dreams all come true.

To love is to help and encourage
with smiles and sincere words of praise,
to take time to share,
to listen and care
in tender, affectionate ways.

To love is to make special memories
of moments you love to recall.
Of all the good things
that married life brings.
Love is the greatest of all.

Minggu, 17 Oktober 2010

Moment-Moment Kebersamaan 88ers

Sutos-Surabaya



Big Reuni 2009

Start Awal... Mulai Poel-Koempoel

JINGGA

By: Yessy Natalia Cristien

Gerimis sore ini terlalu deras

Menghilangkan jingga sore yang sudah semakin redup
Menumpuk awan gelap sebelum malam
Menutup bulan yang harusnya jadi terang malam ini

Sudah terlalu malam sayang,
Pergilah menjemput pagi
Sudah tidak ada senja lagi disini
Tak akan ada lagi jingga seperti yang selalu kau tunggu

Pagi nanti akan ada jingga
Tapi sabarlah dengan pagi
Meski lambat dia akan datang
Dan membawa jingga ditangannya

Jumat, 08 Oktober 2010

-FUIH...!!!-

By: Salmi Barir
Bukan bermaksud menuntut persamaan gender, bukan pula bermaksud membangkitkan gerakan feminisme. Hanya ingin mengingatkan bahwa seorang ibu mempunyai peran yg sangat penting. Bahkan bisa jadi lebih penting dari seorang ayah.
Sore itu ayah pulang kantor mengeluh sedang tidak enak badan. Anak-anak yang datang merubung seperti biasa, dihalaunya agar tidak mengganggunya. Setelah membersihkan badan dia langsung beristirahat tanpa ada satupun yg mengganggu. Tugas setiap malam bergantian mengasuh buah hati dan memberi bimbingan belajar ditinggal begitu saja. Demikian si ibu melakukan semuanya, sambil sibuk menjelaskan kepada anak-anak mengapa malam ini ayah tidak mau didekati.
Keesokan harinya ayah minta diantar ke dokter. Tentu saja sang ayah jadinya tidak masuk kantor. Kembali sang ibu berusaha membagi waktu, mengantar anak sekolah dan memastikan sang suami bisa ke dokter.
Hari itu sang ibu sebenarnya juga sedang tidak dalam kondisi yang fit. Ah, si kakak kok ya ikut-ikutan demam. Sang ibu ingin sebenarnya istirahat sejenak. Tapi manalah mungkin. Yang ada dibenaknya hanya,
"Ah belum masak, si adek belum disuapi, si kakak belum minum obat, cucian menumpuk, si ayah belum makan dan minum obat, si adek minta buang air, si kakak tanya dimana bukunya, si ayah minta diambilkan koran, si adek minta kelon, dan masih banyak hal-hal lain, yang terkadang memang kelihatan seperti pekerjaan ringan, namun cukup ribet juga, apalagi kalo ada yang tidak sabar teriak-teriak minta didahulukan".
"Fuih... !!!"
Tak ada waktu untuk mengeluh, kalau pun mengeluh, dia sudah hapal si ayah selalu berdalih.
"Aku tidak boleh sakit karena aku kan pencari nafkah"
Beberapa hari kemudian si ayah telah sembuh, sehat kembali. Namun sang ibu masih setia dengan kondisi badannya yang kurang fit. Malah kepala terasa berdenyut-denyut. Si ayah dengan riang kembali pada aktifitasnya. Lupa memperhatikan kalau si ibu juga ingin sejenak beristirahat. Tak tahan akhirnya sang ibu memohon pada ayah untuk ambil cuti agar bisa membantunya mengasuh anak-anak.
"Ah, baiknya si Ayah". Lega karena dia menyanggupi untuk berganti tugas akhir minggu ini. "Lumayan jadi ada 2 hari bisa beristirahat, mampir ke spa, salon". Pikir riang sang ibu.
Keesokan harinya si ayah memenuhi janjinya, dengan manis dia mempersilahkan si ibu istirahat dan merawat diri, dia akan mengurus dan mengajak anak-anak bermain. Dengan manis pagi itu mereka melepas sang ibu.
"Selamat beristirahat bunda, nikmati harimu"
Sore hari begitu sang ibu pulang, betapa terkejutnya. Benar saja, seharian penuh anak diajaknya main game online, tetapi saking asiknya, seharian pula anak-anak belum makan, belum mandi, ruangan berantakan seperti kapal pecah.
"Ampun!!!"
Si ibu mengelus dada. "Ternyata bukan ide yang bagus untuk istirahat, jadinya malah dobel pekerjaan". Si ibu geleng-geleng kepala, kehabisan kata-kata.

Minggu, 03 Oktober 2010

Kupu Sayap Patah

By: Retno Kusumawardhani

Sepanjang Dago di bawah uraian air mata bidadari
Aku meratapi takdir
Menjadi seekor kupu kupu bersayap rapuh

Masih tergambar jelas
Saat kutinggalkan desa kecil berbukit indah
Mengejar kebebasan yg kian membuncah
Meski harus kutebus dengan murka ayah & tangis ibu
Aku larut dalam bermacam warna dan pesta
Menghirup kuat kuat aroma kebebasan yg baru saja kupunya
Menebar madu pada manusia manusia yg tak berjiwa

Tak terbilang sudah
Tangan tangan torehkan goresan dosa
Aku terus tenggelam dalam pesta kelam
Hingga suatu saat

Aku menatap wajahku di depan kaca
Aku tersentak
Menatap semakin lekat
Tak kenali lagi bayangan perempuan yg terpantul disana

Seorang gadis kecil cantik bermata indah
Berlarian riang mengejar kupu-kupu di kaki bukit.
Siapakah dia?

Aku tolehkan wajah
Bayangan gadis kecil itu mengabur
Perlahan semakin jelas seorang perempuan pucat, kuyu, bermata cekung, Dibingkai rambut merah meranggas
Dibalut riasan tebal bak perempuan jalanan

Aku tertunduk luruh
Serasa patah sayapku
Sepanjang Dago, di bawah uraian air mata bidadari
Kembali kuratapi takdirku

Lewat bibir kering ini ingin kulantunkan doa jauh menembus langit
Tapi mungkinkah langit sudi menerima ampunku?
Sedangkan nafasku-pun telah busuk serupa anyir darah
Sepanjang Dago di bawah uraian air mata bidadari
Setiap derainya seakan ingin berlomba, membersihkan jejak jejak tubuh Perempuan pendosa

Sabtu, 02 Oktober 2010

SEMANGKUK SUP PANAS

By: Yessy Nathalia Criestien

Hari itu saya pulang dari kantor lebih malam dari biasanya. Penumpang kereta tujuan St. Jakarta Kota sudah mulai jarang.Udara malam ini dingin sekali. Gerimis mengguyur sejak sore. Tampang penumpang yang kelelahan memenuhi gerbong.

Sesaat sebelum kereta beranjak dari st. Tebet, seorang pemulung laki-laki masuk. Badannya dekil seperti beberapa hari tidak mandi. Kaosnya butut dan berwarna tidak jelas lagi. Laki-laki ini memanggul karung goni besar, sangat besar. Digenggamnya ujung goni rapat-rapat agar isinya tidak tumpah. Barang berharga hasil kerjanya seharian. Dengan susah payah laki-laki ini memasukkan karungnya ke dalam kereta.

Dibelakang laki-laki itu, megikuti, perempuan dengan rambut awut awutan dikucir sekedarnya. Badannya sama dekilnya dengan laki-laki tadi. Perempuan ini menggendong bayi perempuan berumur kurang dari satu tahun dengan jarit batik lusuh yang sudah tidak jelas lagi apa motifnya. Bayi ini pun sama lusuhnya

Di tangan kirinya ada 2 kantung kresek transparant merah dengan isi penuh. Satu kantung berisi baju dan botol susu bayi, yang satu lagi baju yang lain. Di tangan kanannya, perempuan ini memegang mangkuk bayi dengan kuah sop yang masih mengepul di dalamnya.

Mereka kemudian duduk di lantai kereta. Sang suami menyandarkan barang bawaan di dinding gerbong. Sang istri meletakkan kantung-kantung kreseknya, mengendorkan jarit ikatan gendongan dan mengangsurkan sang bayi pada suaminya.

Sekejap setelah sang suami memangku sang anak, perempuan ini dengan tergesa menciumi aroma dan rasa hangat dari setiap uap yang keluar. Dan kemudian menghirup kuah sop tadi dengan perlahan. Nikmat sekali.

Kereta mulai bergerak berjalan. Goyangan kereta rupanya membuat sandaran karung goni bergeser. Bergeser dan miring. Dengan cepat laki-laki ini menahannya dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya masih memeluk sang anak.

Dengan perlahan dia mendudukkan sang anak di lantai, menepuk bahu istrinya, memberi isyarat istrinya agar menjaga si kecil, dan kemudian membereskan ikatan karung goni, menahannya agar tetap berdiri .

Sang istri menoleh sebentar pada anaknya dan tetap menyelesaikan suapan kuah yang sudah di tangannya. Sang anak masih duduk di lantai tanpa ada tangan yang menahan dan memegangnya.

Tiba-tiba kereta menghentak. Hanya hentakan kecil buat saya. Tapi tidak buat si bayi… Si bayi terpental dan terjengkang kebelakang. Kelapanya membentur lantai gerbong yang keras… “DUK”.

Cukup keras terdengar dari jarak 6 meter tempat saya duduk. Tanpa dapat ditahan lagi.. sang anak menangis keras…

Sang bapak melotot..

Sang ibu terhenyak dan dengan segera meletakkan mangkuk sop sop dan mengangkat sang anak, meletakkan dipangkuannya dan mulai menyusuinya..

Sang anak tak juga berhenti menangis..

Sang suami memandang dengan marah kepada istrinya dan kemudian mengambil mangkuk sop itu dengan kasar dan berusaha melemparkan mangkuk sop itu ke luar gerbong.

Sang istri berusaha mencegah dan meraihnya…

“Jangan dibuang b..” belum selesai perkataan sang istri, mangkuk sop lengkap dengan sendoknya itu sudah melayang keluar..

“Kok dibuang sih bang??!! Ha… kok dibuang…??!!” sang istri murka. Hanya sesaat.

Karena sesaat kemudian dia berkata pilu..

“Lu marah ama gua, bang?, lu marah? Lu boleh marah ama gua …. Tapi itu mangkoknya eneng bang…, besok dia makan pake apa?” sang istri meratap…

Seperti ditampar, seketika laki-laki itu memandang wajah istri dan anaknya dengan nanar.. dan kemudian beranjak berdiri menuju pintu gerbong yang selalu terbuka, memandang keluar seperti hendak mengambil kembali mangkuk tadi.

Tapi kereta masih berjalan dengan kecepatan tinggi.

Laki-laki ini terdiam terus memandang nanar keluar pintu...

Kereta berjalan melambat.

Laki-laki itu membereskan barangnya.

Sang istri beranjak berdiri juga, mempererat ikatan gendongan bayi dan kemudian membereskan kantung-kantungnya. Masih terisak.

Sang anak, si eneng, masih menyusu, masih tersedu-sedu.

Distasiun berikutnya mereka turun.

Gerimis masih mengguyur, angin dingin malam pun masih berhembus.

----

Kejadian ini menyentak saya begitu hebat..

Kemarahan tidak pernah memandang tempat, kondisi dan jenis strata sosial.

Dia bisa datang dimana saja, kepada siapa saja dan kapan saja.

Dari situ saya belajar, untuk lebih lagi menyerahkan hati dan pikiran saya padaNya, ketika memulai hari, supaya Dia bisa membantu mengendalikannya sepanjang hari itu.

Jika pun marah itu datang, saya belajar untuk tidak mengambil tindakan apapun sementara amarah saya belum padam.

Karena penyesalan selalu datang terlambat.

----

yessynatalia

15092010, 01.10

untuk seseorang yang merindukan anak perempuannya dengan sangat.