PICTURE ZONA 88

Senin, 07 Februari 2011

S E P U R

By: Daniel Wijaya

Dalam bahasa Indonesia berarti kereta api yang ternyata diambil dari bahasa penjajah kita, Belanda, Spoor.

Saya termasuk kelompok yang jarang naik kereta api namun karena tempat yang saya tuju lebih efektif menggunakan sarana transportasi ini maka dengan terpaksa beberapa kali ini saya menaikinya. Dibandingkan sarana transportasi umum lainnya maka selisih waktu diantaranya adalah sekitar satu jam. Tentu saja ada sisi kekurangan dari sarana transportasi kereta api ini yaitu kita harus menyesuaikan jadwal.

Tadi pagi saya naik lagi kereta api jenis ekonomi yang berjudul Penataran. Seperti biasa saya sampai di stasiun Kota Baru jam tujuh kurang agar tidak tertinggal. Selanjutnya saya mencari posisi didekat rel paling ujung selatan dengan tujuan agar bisa naik di gerbong terbelakang dengan harapan ada bangku kosong. Pengalaman saya, walaupun saya masih newbie, kebanyakan penumpang lebih cenderung menumpuk dibagian gerbong depan.

Jam 7 lebih sekian kereta api datang dari arah selatan dan nampak lokomotifnya mengeluarkan asap warna hitam. Beberapa kali petugas PJKA memperingatkan agar calon penumpang waspada. Sedikit berebut menaiki gerbong saya akhirnya mengalah ketika serombongan ibu-bapak sekeluarga kelihatan kesulitan menaiki trap menuju pintu yang memang jauh lebih tinggi. Akhirnya saya pun bisa masuk dan memang digerbong belakang longgar selonggarlonggarnya hingga nampak beberapa pemuda menguasahi sebuah bangku dengan selonjorkan kaki. Saya duduk bersebelahan dengan bapak berseragam petugas PJKA yang sedang tidur nyenyak. Didepan saya seorang pemuda dengan usia sekitar 25tahunan berseragam PJKA tapi masih kelihatan baru tidak seperti bapak disebelah saya.

Sekitar 10 menit kemudian kereta api mulai berangkat. Tidak lama suasana khas kereta api ekonomi mulai terasa... Asongan dengan segala macam jualannya mulai nasi kuning, kerupuk, tahu, kacang, aqua, keripik, sate 02, lemper, nogosari, tisu, mainan anak-anak, alat pijat-kerokan, sate kerang, dan masih banyak yang lain. Si Pemuda petugas PJKA didepan saya mungkin karena lapar belum sarapan memanggil salah satu asongan yang menawarkan banyak jajanan, sekilas saya melihat pak penjual itu memberikan bonus jajanan lebih.

Sekitar jam 8 kurang kereta api masuk di stasiun Lawang. Serombongan pengamen dengan peralatan lengkap mulai naik. Mereka mulai menyanyikan sebuah lagu disusul acara meminta bunga-bunga sosial dari para penumpang.

Tidak lama kemudian gerbong tempat saya mulai diserbu kiriman penumpang dari gerbong didepannya hingga penuh. Termasuk saya melihat bapak-bapak yang dulu pernah sekeretaapi dengan saya yang tidak pernah membeli karcis tetapi membayar petugas pemeriksa karcis.

Setelah melalui Sukorejo saya melihat di gerbong seberang petugas pemeriksa karcis dengan alat plong-plongannya mulai menjalankan tugasnya didampingi seorang satpam. Disambungan gerbong dekat pintu juga berdiri seorang satpam. Petugas dan satpam masih muda belia sekitar umur duapuluh lima tahunan sama dengan pemuda didepan saya.

Pada saat akan memasuki gerbong terakhir nampak seorang remaja dengan jaket yang menutupi kepala berusaha pindah gerbong. Oleh petugas segera ditanya karcis dan nampak sekali jika si remaja tadi adalah penumpang gelap. Akhirnya dia ditahan oleh satpam dipintu gerbong. Petugas melanjutkan memeriksa karcis dan seperti biasanya bapak-bapak tak berkarcis memberikan uang yang secara reflek langsung diterima petugas. Berikutnya pemuda berseragam didepan saya nampak hanya mengangkat tangan. Ternyata dibangku seberang saya ibu-ibu berkebaya berkelakuan sama dengan bapak-bapak langganan tadi, sekilas saya tahu uangnya senilai setengah harga karcis resmi.

Saya melirik diatas pintu gerbong ada sebuah papan menuliskan bahwa jumlah penumpang dalam 1 gerbong 106. Jika setengah penumpang ini membayar dengan uang langsung pada petugas maka si petugas menerima 212 ribu rupiah. Jika dikalikan 5 gerbong maka hasilnya adalah satu juta enam puluh ribu rupiah.

Semoga saja saya salah.

Semoga sepur tetap dapat melayani.

Adzan Dzuhur Di Hari Jumat Dan Kejujuran Hati



By: Retno 'ninok' Kusuma Wardhani

Prens......ada sebuah cerita kecil yg terjadi di sekitarku.
Kira2 kejadian ini sudah terjadi beberapa bulan yang lalu.

Suatu siang di hari Jumat, seperti biasa kompleks perumahan di tempatku tinggal sepi sekali. Karena memang begitulah keadaannya hampir tiap siang, ditambah hari itu adalah Jumat.

Namun tiba-tiba terdengar adzan dzuhur berkumandang dari mushola kecil dekat rumahku. Aku sempat keheranan, siapa neh yang jumat jumat gini adzan, mengingat mushola tersebut tidak pernah dipakai utk melaksanakan ibadah sholat jumat.

Belum habis keherananku, suara SMS terdengar dr ponselku, ternyata dr salah satu tetangga dekat rumah, dia bilang...."hehehehe ada hiburan adzan neh.....!"
Selang beberapa waktu setelah kejadian itu, dari pembicaraan para ibu ibu diketahui yg mengkumandangkan adzan di waktu yang salah tersebut adalah salah seorang warga kami yg dikenal taat beribadah dan cukup aktif di kegiatan mushola, sebut saja bapak A.


Menurut istrinya saat berangkat dr rumah ke mushola waktu itu, entah apa yang dipikirkan beliau, hingga tak melihat beberapa anak yang berbondong bondong pergi Jumat-an berpapasan dengannya, hingga beliau tetap lupa bahwa hari itu adalah Jumat.

Beberapa hari, masih berkaitan dgn kejadian tersebut, bapak A tadi kemudian berkunjung ke rumah salah satu tetangga yg kebetulan rumahnya dekat denganku, sebut saja bapak B.

Aku tidak ambil pusing dengan kunjungan itu sampai suatu hari istri bapak B bercerita, bahwa bapak A ke rumahnya untuk minta maaf pada suaminya.

Tentu saja bapak B terbengong bengong mendengar permintaan maaf itu, karena sama sekali tak merasa di-dzalimi atau apapun oleh bapak A.

Akhirnya si bapak A tersebut bercerita, bhw di hari jumat itu, saat dia hendak melakukan adzan di mushola, di jalan beberapa blok jauhnya dr tempatnya berjalan, dia sempat melihat bapak B hendak pergi mengendarai motor, lengkap dgn jaket dan helmnya. Kemudian di hati bapak A sempat terbersit rasa suuzon, kenapa sudah masuk waktu dzuhur kok malah pergi, gak ke mushola dulu untuk sholat. Padahal ternyata bapak B itu hendak ke masjid utk sholat Jumat, namun karena setelah itu hendak langsung ke proyek tempatnya bekerja, dia tidak memakai baju koko dan peci.

Jadi di sepanjang perjalanan antara rumah dan mushola pikiran dan hati si bapak A dipenuhi perasaan suuzon pada tetangganya. Itulah knp akhirnya beliau menemui bapak B untuk meminta maaf atas prasangka buruknya.

Prens......padahal tanpa minta maaf-pun, tidak ada yang mengetahui apa yang dirasakan di hati beliau. Tanpa minta maafpun tetangga yang di suuzoni gak akan tahu dan hubungan mereka akan tetap baik baik saja.

Tapi beliau memilih untuk minta maaf atas hal yg hanya diketahui oleh dirinya sendiri dan Khaliq-nya. Beliau merasa telah ditegur, bhw dgn prasangka buruk yg membakar hatinya, dia tak melihat petunjuk2 yang lewat di depan matanya, hingga pikiran beliau tetap dibungkus oleh LUPA

Kamis, 21 Oktober 2010

LOVE

 by: yessy natalia christien

To love is to have someone special
on whom you can always depend
to be there through the years.
Sharing lauhter and tears,
as a partner, a lover, a friend.

To love is to share life together,
to build special plans just for two,
to work side by side,
and then smile with pride
as one by one, dreams all come true.

To love is to help and encourage
with smiles and sincere words of praise,
to take time to share,
to listen and care
in tender, affectionate ways.

To love is to make special memories
of moments you love to recall.
Of all the good things
that married life brings.
Love is the greatest of all.

Minggu, 17 Oktober 2010

Moment-Moment Kebersamaan 88ers

Sutos-Surabaya



Big Reuni 2009

Start Awal... Mulai Poel-Koempoel